Pada apa aku berguru?
entah siapa yang tahu
aku berguru padamu
apakah guru itu?
Senin, 14 Desember 2009
Jumat, 11 Desember 2009
Kamis, 26 November 2009
HITAM PUTIH
HITAM PUTIH
Bawahku hitam dan atasku putih
Terkoyak-koyak dalam diriku satu
Mambawa apapun yang ada dimanapun
Bawahku hitam dan atasku putih
Menempel ketat dalam diriku satu
Menghamba pada kekuasaan dimanapun
Bawahku hitam dan atasku putih
Melarang segala illegal dalam diriku satu
Tertahan pada stagnan dimanapun
aku berusaha tidak bosan
Bawahku hitam dan atasku putih
Terkoyak-koyak dalam diriku satu
Mambawa apapun yang ada dimanapun
Bawahku hitam dan atasku putih
Menempel ketat dalam diriku satu
Menghamba pada kekuasaan dimanapun
Bawahku hitam dan atasku putih
Melarang segala illegal dalam diriku satu
Tertahan pada stagnan dimanapun
aku berusaha tidak bosan
Label:
habib asfiya jauhari,
hitam,
Puisi,
putih
AKU INI
AKU INI
Memandang diriku sendiri
Menggigil kedinginan
Tertelan sepi dalam jiwa
Hanya terpasrahkan
Tak ada keinginan
Memandang diriku sendiri
Pada segepok kertas
Menumpuk dihadapanku
Hanya tersampahkan
Tak ada keinginan
Memandang diriku sendiri
Begitu kecil diri ini
Menatap gunung-gunung terpaku
Pada besarnya bumi tak berpijak
Hanya terkucilkan
Tak ada keinginan
Memandang diriku sendiri
Hanya sebuah manusia
Tak ada keinginan
Memandang diriku sendiri
Menggigil kedinginan
Tertelan sepi dalam jiwa
Hanya terpasrahkan
Tak ada keinginan
Memandang diriku sendiri
Pada segepok kertas
Menumpuk dihadapanku
Hanya tersampahkan
Tak ada keinginan
Memandang diriku sendiri
Begitu kecil diri ini
Menatap gunung-gunung terpaku
Pada besarnya bumi tak berpijak
Hanya terkucilkan
Tak ada keinginan
Memandang diriku sendiri
Hanya sebuah manusia
Tak ada keinginan
Label:
aku,
habib asfiya jauhari,
ini,
Puisi
angin beribadah
ANGIN BERIBADAH
Angin beribadah
Bertiup tertentu arah
Aku masih disini
Menatap angin bersemi bertuju
Dalam jalur begitu mulur
Tertekan tak kekurangan
Angin beribadah
Dan niat tiga arah
Aku masih disini
Menunggu kedatangan angin
Berjalan lurus tapi tetap tersebar
Tidak merusak apa itu kabar
Jangan kau pergi
Pergilah!!!
Angin beribadah
Bertiup tertentu arah
Aku masih disini
Menatap angin bersemi bertuju
Dalam jalur begitu mulur
Tertekan tak kekurangan
Angin beribadah
Dan niat tiga arah
Aku masih disini
Menunggu kedatangan angin
Berjalan lurus tapi tetap tersebar
Tidak merusak apa itu kabar
Jangan kau pergi
Pergilah!!!
ARAH MANA?
ARAH MANA?
Tanpa kehilangan arah
Aku tetapkan hati
Bulan dan bintang tak bersinar
Menunggu aku tertatih disini
Tanpa kehilangan arah
Aku tetapkan hati
Bulan dan bintang tak bersinar
Menunggu aku tertatih disini
Label:
arah,
habib asfiya jauhari,
Manakib,
Puisi
KENIKMATAN SEMU
KENIKMATAN SEMU
Ujung dunia mengukur dunia
Hal mengcover kehidupan apa-apa
Tertinggal tak jauh dan tak terjaga
Perdamaian dan ketenangan ditengah
Hanya ilusi tak terbantah
Akhir waktu akan lebih tentu
Menentukan takdir dan apapun itu
Tau apa kau?
Jangan kau tertipu
Waktu-waktu kosong menjadi tertawa
Mencoba tak tergelincir waktu itu
Dengan keamanan saat ini
Penipu-penipu masih bertebaran
Dikasihlah kau fatamorgana
Berapa banyak orang difitnah dengan berita baik?
Kelembutan adalah ranjau
Dan mereka tidak tahu
Semakin dekat semaki tidak jelas
Ujung dunia mengukur dunia
Hal mengcover kehidupan apa-apa
Tertinggal tak jauh dan tak terjaga
Perdamaian dan ketenangan ditengah
Hanya ilusi tak terbantah
Akhir waktu akan lebih tentu
Menentukan takdir dan apapun itu
Tau apa kau?
Jangan kau tertipu
Waktu-waktu kosong menjadi tertawa
Mencoba tak tergelincir waktu itu
Dengan keamanan saat ini
Penipu-penipu masih bertebaran
Dikasihlah kau fatamorgana
Berapa banyak orang difitnah dengan berita baik?
Kelembutan adalah ranjau
Dan mereka tidak tahu
Semakin dekat semaki tidak jelas
KONSTITUSIKU
KONSTITUSIKU
Konstitusiku bergelombang
Tidak berubah dari ke-eksis-an lama, atau etis?
Dari tindakan konstituante, terlambat
Efektif dari rakyat?
Dari waktu-kah?
Kehendak suara dari sana
Kinerja juga sama-sama
Pergerakan sparatis yang setengah
Kegiatan tidak dari lubang kelihatan
Minta perhatian, hahaha
Aku cuek sama pacarku
Frontalku tak berlaku
Celah kotor dibawah kaki
Konstitusiku bergelombang
Tidak berubah dari ke-eksis-an lama, atau etis?
Dari tindakan konstituante, terlambat
Efektif dari rakyat?
Dari waktu-kah?
Kehendak suara dari sana
Kinerja juga sama-sama
Pergerakan sparatis yang setengah
Kegiatan tidak dari lubang kelihatan
Minta perhatian, hahaha
Aku cuek sama pacarku
Frontalku tak berlaku
Celah kotor dibawah kaki
Label:
habib asfiya jauhari,
konstitusi,
Puisi
DONGENG KAKEKKU
DONGENG KAKEKKU
Kakekku mendongeng
Dongeng ceritanya yang dulu
Dongeng dikala berlalu
Dongeng yang sekarang aku tahu
Kakekku mendongeng
Kakekku seorang tua
Kakekku telah berjaya
Kakekku sekarang tiada
Tahukah kau kakekku?
Aku disini terbelenggu
Berusaha mencari banggamu
Saat aku teringat ceritamu
Air mataku luluh merindumu
Kakekku mendongeng
Dongeng ceritanya yang dulu
Dongeng dikala berlalu
Dongeng yang sekarang aku tahu
Kakekku mendongeng
Kakekku seorang tua
Kakekku telah berjaya
Kakekku sekarang tiada
Tahukah kau kakekku?
Aku disini terbelenggu
Berusaha mencari banggamu
Saat aku teringat ceritamu
Air mataku luluh merindumu
Label:
dongeng,
habib asfiya jauhari,
kakekku,
Puisi
TIDAK APA-APA
TIDAK APA-APA
Tidak apa-apa, Apakah itu?
Tidak apa-apa, menjadi tidak bagaimana-bagaimana
Isyarat apa dan bagaimana apakah itu?
Apa dan bagaimana tak mungkin mengapa
Lembaran kecil apa
Teronggok tak berserat dimana
Ah,
Apa kau tanya
Bagaimana dan mengapa
Apa
Tidak apa-apa, Apakah itu?
Tidak apa-apa, menjadi tidak bagaimana-bagaimana
Isyarat apa dan bagaimana apakah itu?
Apa dan bagaimana tak mungkin mengapa
Lembaran kecil apa
Teronggok tak berserat dimana
Ah,
Apa kau tanya
Bagaimana dan mengapa
Apa
AKU MERASA LAYU
AKU MERASA LAYU
Terdiam aku
Terbisu aku
Telungkup dalam aku
Angin bertiup panas
Tertiup berangin-angin
Angin menghembus keras
Tertiup ruang angin
Aku merasa layu
Terlarut aku
Terkubur aku
Termatikan dalam aku
Terdiam aku
Terbisu aku
Telungkup dalam aku
Angin bertiup panas
Tertiup berangin-angin
Angin menghembus keras
Tertiup ruang angin
Aku merasa layu
Terlarut aku
Terkubur aku
Termatikan dalam aku
Label:
aku,
habib asfiya jauhari,
layu,
mereasa,
Puisi
TERPATUT
TERPATUT
Yang karena tak patut
Kertas putihpun tak patut
Warna putih tak akan menuntut
Hingga hitam menjadi akhir buntut
Angin masih berguling
Aku tak mau membalik baling-baling
Angin berbalik
Tapi aku tak mau berguling
Ya,...
Karena tak patut
Yang karena tak patut
Kertas putihpun tak patut
Warna putih tak akan menuntut
Hingga hitam menjadi akhir buntut
Angin masih berguling
Aku tak mau membalik baling-baling
Angin berbalik
Tapi aku tak mau berguling
Ya,...
Karena tak patut
Label:
habib asfiya jauhari,
Puisi,
terpatut
TAK PEDULI
TAK PEDULI
Menelusuri sela-sela angin
Jari manisku terlihat bingung
Mengejar kata yang tak jelas
Puasa tak apalah
Bagaimana aku harus makan?
Anginkah yang memberiku makan?
Lalatkah yang memakannya?
Tali serat baja tergulung rapi
Ah, tak kupedulikan
Ah, apa peduliku?
Ah, bagaimana bisa peduli?
Menelusuri sela-sela angin
Jari manisku terlihat bingung
Mengejar kata yang tak jelas
Puasa tak apalah
Bagaimana aku harus makan?
Anginkah yang memberiku makan?
Lalatkah yang memakannya?
Tali serat baja tergulung rapi
Ah, tak kupedulikan
Ah, apa peduliku?
Ah, bagaimana bisa peduli?
BUNGA TAK SEMPURNA
BUNGA TAK SEMPURNA
Bunga yang tak sempurna
Terbukti peristiwa-peristiwa tertawa
Bagaimana bunga hidup
Telungkupkah?
Tertutupkah?
Bunga dilihat orang buta
Bunga yang tak sempurna
Terbukti peristiwa-peristiwa tertawa
Bagaimana bunga hidup
Telungkupkah?
Tertutupkah?
Bunga dilihat orang buta
KEMEJA BATIK
KEMEJA BATIK
Kemeja batik berdiam diri
Si pemakai tak tahu diri
Duduk dan kemudian berdiri
Kuperhatikan memang dia tak tahu diri
Kemeja batik masih berdiam
Menggeram pada tuan yang tetap diam
Menatap ke depan tampak suram
Tuan pemakai masih juga diam
Kemeja batik mahal berharga
Tidak mau merasuk pada tuan raga
Tertekuk pada otot dan bau geliga
Pikiran kosong putih terjaga
Kemeja batik masih berdiri
Si pemakai memang tak tahu diri
Kemeja batik berdiam diri
Si pemakai tak tahu diri
Duduk dan kemudian berdiri
Kuperhatikan memang dia tak tahu diri
Kemeja batik masih berdiam
Menggeram pada tuan yang tetap diam
Menatap ke depan tampak suram
Tuan pemakai masih juga diam
Kemeja batik mahal berharga
Tidak mau merasuk pada tuan raga
Tertekuk pada otot dan bau geliga
Pikiran kosong putih terjaga
Kemeja batik masih berdiri
Si pemakai memang tak tahu diri
ANDAI IDEOLOGI ITU
ANDAI IDEOLOGI ITU
Andai ideologi terganti
Akankah langkah tertatah?
Andai ideologi terbeli
Akankah negara terpecah?
Andai ideologi mati
Akankah manusia juga mati?
Andai ideologiku .....
Akankah aku mau tahu?
Andai ideologi terganti
Akankah langkah tertatah?
Andai ideologi terbeli
Akankah negara terpecah?
Andai ideologi mati
Akankah manusia juga mati?
Andai ideologiku .....
Akankah aku mau tahu?
Label:
ANDAI IDEOLOGI ITU,
habib asfiya jauhari,
Puisi
MALAM MATI
MALAM MATI
Hujan berhenti
Tak percaya tak makan
Si tua jadi mati tak dikubur pelan
Hujan yang tadi pagi
Bisakah berulang terjadi
Malam datang sinar hilang
Juga hujan yang tak kunjung berulang
Angin mendadak mati
Berduka atas kehilangan cahaya
Tetapi,
Malam lupa akan masa lalunya
Hujan berhenti
Tak percaya tak makan
Si tua jadi mati tak dikubur pelan
Hujan yang tadi pagi
Bisakah berulang terjadi
Malam datang sinar hilang
Juga hujan yang tak kunjung berulang
Angin mendadak mati
Berduka atas kehilangan cahaya
Tetapi,
Malam lupa akan masa lalunya
Label:
habib asfiya jauhari,
malam,
mati,
Puisi
Kamis, 19 November 2009
Minggu, 25 Oktober 2009
PUTUS
Hatiku remuk
Dihantam muntahal jumu'
Kau siram dengan air garam
Luka yang dulu kau tanam
Kini aku merana
Mengapa dunia ini fana?
Apa bisa kekal
Dengan kamu yang nakal
Kadiq dan Mudrik bertanya
Ada apa?
Aku tak tega
Jadikan kalbu yang lega
Dihantam muntahal jumu'
Kau siram dengan air garam
Luka yang dulu kau tanam
Kini aku merana
Mengapa dunia ini fana?
Apa bisa kekal
Dengan kamu yang nakal
Kadiq dan Mudrik bertanya
Ada apa?
Aku tak tega
Jadikan kalbu yang lega
BAGIAN KESALAHAN
Sapaan hangat membelai jiwa
Daun turun menangis meratap nasib
Tak terasa helaian menakutkan
Daun-daun takut turun
Angin tak merasa
''Apa salahku?''
Angin tak tahu menahu
Daun kian bergidik
Kala angin jauh mengindik
Ketakutan mematikan asa
Hijau asa menguning jua
Peristiwa hanya terekam udara
Mengenang ketakutan tiada tara
Daun turun menangis meratap nasib
Tak terasa helaian menakutkan
Daun-daun takut turun
Angin tak merasa
''Apa salahku?''
Angin tak tahu menahu
Daun kian bergidik
Kala angin jauh mengindik
Ketakutan mematikan asa
Hijau asa menguning jua
Peristiwa hanya terekam udara
Mengenang ketakutan tiada tara
DIAM
Lembaran kuning
Tersibak bagai janin
Tersebar kabar
Terdengar sampai akar
Berjalan di atasnya
Berlari melintasinya
Hingga waktu kan tiba
Dalam naungan rasa iba
Aku terpekur
Terlanjur
Diantara sekian banyak kepala
Didalamnya ada mata
Mata-mata mulai menghunjam
Menusuk jiwa raga
tajam
Dan aku
Hanya diam
Tersibak bagai janin
Tersebar kabar
Terdengar sampai akar
Berjalan di atasnya
Berlari melintasinya
Hingga waktu kan tiba
Dalam naungan rasa iba
Aku terpekur
Terlanjur
Diantara sekian banyak kepala
Didalamnya ada mata
Mata-mata mulai menghunjam
Menusuk jiwa raga
tajam
Dan aku
Hanya diam
PERCAYA ATAU TIDAK
Hanya Aku yang tahu
Kapan hari itu
Hanya Aku yang tahu
Kapan terjadi itu
Kamu semua
Tak kan ada guna
Tak hanya sampah
Tak hanya murah
Nonakal lebih percaya
Antara dunia 2 maya
Hanya saja
Kamu semua
Tak mudah percaya
Di dunia tlah tampak semua
Ayat-ayat membentang kaffah
Akan menyatu seluruh
Tinggal padang utuh
Kapan hari itu
Hanya Aku yang tahu
Kapan terjadi itu
Kamu semua
Tak kan ada guna
Tak hanya sampah
Tak hanya murah
Nonakal lebih percaya
Antara dunia 2 maya
Hanya saja
Kamu semua
Tak mudah percaya
Di dunia tlah tampak semua
Ayat-ayat membentang kaffah
Akan menyatu seluruh
Tinggal padang utuh
BATU MERAH
Batu merah
Hanya sebatas dinginnya malam
Takkan menusuk tulang dalam
Takkan merusak indahnya pualam
Takkan menghantui hitam kelam
Malam semakin berlari
Tinggal menatap seberapa berlalu
Depan mata tertancap sesaat
Duduk membelakangi dunia
Punggung bumi merah membara
Mata memerah
Terlalu cepat untuk menghilang
Zamrud bermetamorforis
Hijau menghilang entah kemana
Ciptaan tak tahu apa2
Hanya sebatas dinginnya malam
Takkan menusuk tulang dalam
Takkan merusak indahnya pualam
Takkan menghantui hitam kelam
Malam semakin berlari
Tinggal menatap seberapa berlalu
Depan mata tertancap sesaat
Duduk membelakangi dunia
Punggung bumi merah membara
Mata memerah
Terlalu cepat untuk menghilang
Zamrud bermetamorforis
Hijau menghilang entah kemana
Ciptaan tak tahu apa2
Kamis, 15 Oktober 2009
Bayangan hati Hitam
Langit ini hitam
menenggelamkan segalanya
y, segalanya
puisi tergantung
tergantung langit yang hitam
sekecilpun bintang
mengernyit pada awan temaram
hatiku adalah cahaya
tersebar dan terbesar
dalam alunan metabolisme jiwa
bayangan hati yang tergantung
tergantung langit yang hitam
menenggelamkan segalanya
y, segalanya
puisi tergantung
tergantung langit yang hitam
sekecilpun bintang
mengernyit pada awan temaram
hatiku adalah cahaya
tersebar dan terbesar
dalam alunan metabolisme jiwa
bayangan hati yang tergantung
tergantung langit yang hitam
Dalam liburan (manakib)
Hari kamis tanggal 15 okt. Sudah waktunya memenuhi nadzarnya abah. Ya, manakiban, seperti yg telah kusinggung dalam post kemaren.
Pagi nangkep ayam, trus potong tanpa ampun, tapi tanpa putus leher. Ayam jago putih mulus dalam sekejap menjadi daging mentah siap olah, eh siap bubut.
Tak lain dan tak bukan, ialah ibuku sendiri yang menjadi koki dalam episode ini, tentunya dengan bantuan putra satu-satunya ini (sombong mode : on).
Singkat cerita, semua menu sudah siap.
Jam 2 siang, sepulang abah dari kantor, beliau langsung tancap gas membaca manakib syeh Abd Qodir. Sehingga tak perlu menunggu lama untuk menikmati ayam matang.
Sudah lengkap, tinggal membaginya ke tetangga.
Selesai
Pagi nangkep ayam, trus potong tanpa ampun, tapi tanpa putus leher. Ayam jago putih mulus dalam sekejap menjadi daging mentah siap olah, eh siap bubut.
Tak lain dan tak bukan, ialah ibuku sendiri yang menjadi koki dalam episode ini, tentunya dengan bantuan putra satu-satunya ini (sombong mode : on).
Singkat cerita, semua menu sudah siap.
Jam 2 siang, sepulang abah dari kantor, beliau langsung tancap gas membaca manakib syeh Abd Qodir. Sehingga tak perlu menunggu lama untuk menikmati ayam matang.
Sudah lengkap, tinggal membaginya ke tetangga.
Selesai
Rabu, 14 Oktober 2009
Hari
Malam ini, sepi sendiri, ak merebahkan diri.
Sudah bertambah sehari, waktu yang kulalui bersama makhluk Tuhan lainnya.
Sempat terpikir "mengapa hari ini terasa hampa? Apa karena nganggur?"
Sudah sejak dari minggu ke 3 pada bulan Romadon, ak kembali ke kampung halaman, bersama keluarga dan sanak famili.
Sekarang minggu terakhir liburanku, karena mulai tanggal 19 okt, kuliahku sudan dimulai (isu_red). Dari mulai hari pertama aku di rumah, aku sudah berpikir, "apa yang akan aku lakukan?"
Tetapi, tanpa berselang waktu, pekerjaan itu datang sendiri. Terhitung 4 fase (menurut pengelompokanku_red) kegiatan yang insyaALLAH, (yang terakhir insyaALLAH besok baru terlaksana_red) aku lakukan selama liburan.
Pertama, takbir keliling, dari mulai persiapan sampai malan hari H. Kedua, jelas badan (silaturahmi_red), seminggu ful, bahkan lebih. Ketiga, brifing, pokoknya keliling sma-sma se Pati, tapi belum semua. Yang terakhir, manakiban, syukuran+shodaqoh.
Ternyata kesibukan adalah jiwa dari kehidupan.
Karena udah malem, aku mo tidur dulu. Cerita dan puisinya masih ada stock. Jangan khawatir.
Terimakasih.
Sudah bertambah sehari, waktu yang kulalui bersama makhluk Tuhan lainnya.
Sempat terpikir "mengapa hari ini terasa hampa? Apa karena nganggur?"
Sudah sejak dari minggu ke 3 pada bulan Romadon, ak kembali ke kampung halaman, bersama keluarga dan sanak famili.
Sekarang minggu terakhir liburanku, karena mulai tanggal 19 okt, kuliahku sudan dimulai (isu_red). Dari mulai hari pertama aku di rumah, aku sudah berpikir, "apa yang akan aku lakukan?"
Tetapi, tanpa berselang waktu, pekerjaan itu datang sendiri. Terhitung 4 fase (menurut pengelompokanku_red) kegiatan yang insyaALLAH, (yang terakhir insyaALLAH besok baru terlaksana_red) aku lakukan selama liburan.
Pertama, takbir keliling, dari mulai persiapan sampai malan hari H. Kedua, jelas badan (silaturahmi_red), seminggu ful, bahkan lebih. Ketiga, brifing, pokoknya keliling sma-sma se Pati, tapi belum semua. Yang terakhir, manakiban, syukuran+shodaqoh.
Ternyata kesibukan adalah jiwa dari kehidupan.
Karena udah malem, aku mo tidur dulu. Cerita dan puisinya masih ada stock. Jangan khawatir.
Terimakasih.
Anginku
ANGINKU
Terletak sesudut cahaya
temaram menggelak tawa
angin yang hanya hawa
bergerak-gerak terkadang lupa
anginku tertawa
tanpa terpikir es dan air
anginku tertawa
mengais sungai dalam
mengeruk air dasar
terus dan terus
anginku tertawa
melihat sesudut cahaya
Terletak sesudut cahaya
temaram menggelak tawa
angin yang hanya hawa
bergerak-gerak terkadang lupa
anginku tertawa
tanpa terpikir es dan air
anginku tertawa
mengais sungai dalam
mengeruk air dasar
terus dan terus
anginku tertawa
melihat sesudut cahaya
Langganan:
Postingan (Atom)